Melihat Kehidupan Masyarakat Adat dari Videografer yang Memiliki Masalah Penglihatan

A River in the Middle of the Sky by Dogmilk Film

A footage from the movie "A River in the Middle of the Sky Source: Supplied / Dogmilk Films

Sebuah film tentang masyarakat Tanah Toraja dibuat oleh kolaborasi antara sineas Melbourne dan Makassar.


A River in the Middle of the Sky merupakan film karya Chris Cochrane-Friedrich dan Wahyu Al Mardhani dari Dogmilk Films, sebuah perkumpulan sineas independen yang berbasis di Melbourne, Makassar, dan New York.

Film tersebut bercerita tentang Victor Konda, seorang videografer yang memiliki gangguan penglihatan. Namun, gangguan yang dialaminya justru tidak menghalanginya untuk merekam tradisi adat di kampung halamannya, Tanah Toraja.

Melalui perusahaan yang dia ciptakan, Delta Sangalla' TV (DSTV), Ia mendokumentasikan hal-hal di Toraja yang tidak diketahui orang luar. Seperti sebuah keluarga yang penuh kasih mempersiapkan pemakaman orang yang mereka cintai, sampai kematian seorang pemuda yang membawa duka bagi sebuah desa.

Film A River in the Middle of the Sky menyambungkan rekaman-rekaman DSTV yang diambil selama hampir 20 tahun dengan gambar-gambar Victor saat ini di tempat kerja, memperlihatkan cara-cara melestarikan karyanya dan hidup berdampingan dengan kehidupan budaya yang tercermin di dalamnya.
Dogmilk Films Chris & Wahyu
Dua kreator film A River in the Middle of the Sky, Wahyu Al Mardhani (Kiri) dan Chris Cochrane-Friedrich (Kanan) berfoto di logo SBS di Melbourne Source: Supplied / Dilail Abimanyu
A River in the Middle of the Sky akan melakukan pemutaran perdana di Melbourne pada 30 Januari 2025 di ACMI. Selain itu ada pemutaran, akan diadakan juga sesi tanya jawab dengan dua pembuat film tersebut, Chris Cochrane-Friedrich dan Wahyu Al Mardhani. Serta akan turut hadir Victor Konda yag menjadi pusat cerita pada film ini.

Dengarkan setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu jam 3 sore. Ikuti kami di dan , serta jangan lewatkan kami.

Share