Tren yang Akan Membuat Anda Lebih Optimis di Tahun 2025

Terjadi keberlanjutan tren yang mengkhawatirkan di seluruh dunia dalam setahun terakhir — tetapi para ahli mengatakan ada juga alasan untuk merasa optimis tentang masa depan.

A blurred crowd of people commuting to work walking across a crossing.

In January 2024, The World Economic Forum identified misinformation and disinformation as the most significant short-term risks facing the world. Source: Getty / AzmanJaka

Konflik geopolitik dan ketidakstabilan global, perubahan iklim, meningkatnya ketimpangan, misinformasi dan disinformasi, meningkatnya perpecahan sosial dan ketidakamanan cyber merupakan beberapa tren yang jadi sorotan selama tahun 2024.

Pada bulan Januari 2024, Forum Ekonomi Dunia menempatkan misinformasi dan disinformasi sebagai faktor risiko jangka pendek paling parah yang dihadapi dunia, dengan cuaca ekstrem dan polarisasi sosial masing-masing berada di urutan kedua dan ketiga.

Secara global, 65 persen orang setuju bahwa tahun 2024 merupakan tahun yang buruk bagi negara mereka, menurut jajak pendapat oleh perusahaan riset pasar IPSOS.
A graph showing 65 per cent of people agree 2024 was a bad year for their country.
Globally, 65 per cent of people agree that 2024 was a bad year for their country, according to polling by market research company IPSOS. Source: SBS
Meskipun ada tren yang mengkhawatirkan ini, para peneliti mengatakan ada beberapa tren positif yang kemungkinan akan terus berlanjut di tahun tahun 2025 dan seterusnya.

Peneliti sosial dan futuris Mark McCrindle mengatakan kepada SBS News bahwa orang-orang memiliki banyak ketidakpastian tentang masa depan dan juga mengalami "kelelahan perubahan", setelah mengalami begitu banyak perubahan global yang besar baru-baru ini, termasuk pandemi COVID-19, krisis biaya hidup, dan munculnya kecerdasan buatan (AI).

Namun, McCrindle mengatakan bahwa masih mungkin bagi orang-orang untuk beradaptasi dan meningkatkan keyakinan mereka tentang tahun-tahun mendatang.

"Ada tantangan di depan, tetapi kita dapat merespons secara proaktif dan menghadapi masa depan dengan inovasi," kata McCrindle.

Munculnya AI mengubah cara bekerja dan kesejahteraan

McCrindle mengatakan meskipun partisipasi angkatan kerja mencapai titik tertinggi sepanjang masa, banyak orang menilai kembali peran pekerjaan dalam hidup mereka dan semakin mencari cara untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.

Pada bulan Juli 2024, partisipasi angkatan kerja mencapai rekor tertinggi sebesar 67,1 persen, menurut Biro Statistik Australia (ABS).

"Orang-orang sudah merasa sedikit tertekan, mereka mencari keseimbangan kerja-kehidupan yang lebih baik, bukan lebih banyak pekerjaan. Mereka ingin mengelola kesejahteraan mereka, bukan hanya menghabiskan waktu lebih lama di tempat kerja."

A woman with dark hair and glasses looks down at a laptop.
Younger workers are incorporating artificial intelligence into their work lives. Source: Getty / Jacob Wackerhausen
McCrindle mengatakan munculnya lebih banyak teknologi AI mungkin mulai membantu upaya ini.

McCrindle Research mendapati bahwa satu dari lima pekerja berusia 20-an menggunakan AI untuk membantu tugas mereka di tempat kerja setidaknya setiap hari.

"Hanya dalam kurun waktu dua tahun, hal itu telah menjadi hal yang umum khususnya bagi pekerja muda, pekerja ekonomi berbasis pengetahuan, dan merupakan contoh bagaimana hal itu dapat membantu produktivitas," ujarnya.

McCrindle mengatakan aplikasi teknologi lainnya, seperti pemesanan bahan makanan secara daring, prapemrograman perangkat rumah, atau penggunaan aplikasi untuk mengatur jadwal, semuanya telah membantu orang menambah waktu dalam keseharian mereka.

"Ada paradoks produktivitas bahwa kita membutuhkan lebih banyak produktivitas, tetapi kita tidak ingin bekerja lebih lama dan lebih keras; kita ingin mencoba menyeimbangkan hidup kita. Ada solusi yang sudah kita lihat melalui teknologi dan inovasi," kata McCrindle.

Ia mengatakan teknologi dan pandemi telah mendorong perubahan dramatis pada struktur tempat kerja untuk menguntungkan pekerja dalam beberapa tahun terakhir, seperti peningkatan fleksibilitas dan pengaturan bekerja dari rumah.

"Kita memiliki lebih banyak kebebasan dalam seminggu untuk bekerja dari rumah atau di mana saja pada beberapa hari tersebut, dan itu tidak hanya mengubah di mana kita bekerja tetapi juga kapan kita bekerja. Jam kerja menjadi lebih disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dan tanggung jawab keluarga atau individu."

Tumbuhnya konsesi global mengenai perlunya aksi iklim

Jajak pendapat global dari IPSOS yang diterbitkan pada bulan September menunjukkan persetujuan luas bahwa lebih banyak hal yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, dimana 80 persen setuju bahwa dunia sedang menuju ke arah bencana lingkungan tanpa adanya langkah iklim yang cepat.

Di Australia, 77 persen orang setuju bahwa dunia sedang menuju ke arah bencana lingkungan tanpa adanya tindakan iklim yang cepat.

A graph showing Australians who agree we are heading for environmental disaster without rapid climate action.
In Australia, 77 per cent of people agree the world is heading for environmental disaster without rapid climate action. Source: SBS
Sementara laporan tersebut mendapati bahwa masalah kesehatan dan ketimpangan kekayaan cenderung menjadi prioritas, laporan tersebut juga mendapati bahwa investasi global dalam ketahanan dan mitigasi iklim meningkat karena dampak perubahan iklim menjadi lebih jelas.

IPSOS mengatakan bahwa sikap terhadap iklim dan lingkungan telah menjadi salah satu perubahan terkuat yang tercatat dalam pelaporan mereka tentang tren global yang telah dilakukan selama satu dekade.

"Antara tahun 2014 dan 2024, dunia telah beralih dari mempertanyakan apakah perubahan iklim benar-benar terjadi menjadi memperdebatkan cara terbaik untuk memenuhi target global yang mengikat untuk emisi karbon."
A forest fire at night.
Increasing concern about climate change has been one of the most dramatic shifts in attitudes observed by marketing insights company IPSOS. Source: Getty / Byronsdad
Jerman, Great Britain, dan Amerika Serikat semuanya telah mengalami perubahan signifikan sejak 2023 menuju kesepakatan bahwa dunia sedang menuju bencana lingkungan kecuali jika kita mengubah kebiasaan dengan cepat.

Brad Hyde, seorang direktur di IPSOS, mengatakan kepada SBS News bahwa "bukan hanya negara-negara Nordik" yang menyatakan minatnya untuk mengatasi perubahan iklim.

"Itu terjadi di seluruh dunia, termasuk Australia," kata Hyde.

"Pertanyaan sebenarnya adalah seberapa cepat kita semua dapat mengubah kehidupan sehari-hari dan kebiasaan kita sehari-hari, dan apakah kita mengharapkan bisnis dan organisasi melakukan hal yang sama jika perubahan iklim merupakan masalah?"

Meningkatnya skeptisisme terhadap media sosial

McCrindle mengatakan survei terbarunya menunjukkan perubahan dramatis pada penggunaan media sosial dan meningkatnya skeptisisme terhadap media sosial dan waktu yang hilang karena aplikasi media sosial merupakan tren positif lainnya.

Menurut laporan tren 2025 dari McCrindle Research, 57 persen generasi Z berharap media sosial tidak pernah diciptakan, dan 86 persen telah mengambil langkah-langkah untuk mencoba mengurangi penggunaan media sosial.

Ia mengatakan ada peningkatan kesadaran bahwa media sosial bukanlah seperti yang dijanjikan dan orang-orang semakin menetapkan batasan dalam hidup mereka untuk mencegah diri mereka menghabiskan terlalu banyak waktu mengaksesnya.
LISTEN TO
Where's the harm? Experts, tech giants react to Australia's social media ban for under 16s image

Where's the harm? Experts, tech giants react to Australia's social media ban for under 16s

SBS News

30/11/202403:37
Di akhir November 2024, pemerintah Australia menyetujui sebuah .

Undang-undang tersebut merupakan bagian dari serangkaian usulan undang-undang dan perubahan yang ditujukan untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh perusahaan teknologi besar, seperti misinformasi, AI, dan perilaku anti-persaingan.

McCrindle mengatakan penelitian seputar sikap dan perilaku media sosial di kalangan anak muda menunjukkan adanya pergeseran opini publik.

"Sekarang kita berbicara tentang perusahaan teknologi besar dengan cara yang sama seperti orang berbicara tentang perusahaan tembakau besar di masa lalu: bahwa mereka bersifat predatoris, bahwa mereka menyebarkan misinformasi, bahwa mereka beracun, bahwa mereka bersifat adiktif dari sisi bagaimana mereka terstruktur dan merugikan masyarakat."
A woman and a young boy lit by screens at night.
The Australian government has passed landmark legislation to ban children under 16 from social media platforms. Source: Getty / ljubaphoto
"Ada rasa optimisme yang nyata bahwa kita kembali memiliki kendali atas hidup kita, jadi itu hal yang positif," kata McCrindle.

Meningkatnya angka pendidikan tinggi

Angka pendidikan meningkat antargenerasi, dimana pendidikan formal dan pasca-sekolah menjadi semakin umum bagi lulusan sekolah.

Menurut data ABS tahun 2021, persentase generasi milenial yang memperoleh gelar pascasarjana lebih tinggi dibandingkan dengan generasi X (11 persen vs 8 persen), dan lebih dari dua kali lipat jumlah generasi milenial yang memiliki gelar sarjana dibandingkan dengan generasi baby boomer (27 persen vs 13 persen).
A table showing education levels across generations
Source: SBS
McCrindle mengatakan tren dalam pendidikan ini kemungkinan akan terus berkembang untuk generasi Z dan generasi alfa (orang yang lahir setelah tahun 2010).

"Kita tahu bahwa pendidikan dapat mengarah pada pemberdayaan, pekerjaan, dan hasil kesehatan yang lebih baik, dan itulah generasi ini — dan itu berlaku secara global. Ada peningkatan dalam tingkat pendidikan dan retensi siswa di seluruh dunia," ujarnya.

"Kita memiliki generasi yang memiliki ukuran, pendidikan, teknologi, dan koneksi global, dan bahkan tahun-tahun kehidupan yang lebih panjang, yang berarti bahwa mereka dapat memanfaatkan peluang luar biasa tersebut untuk menghasilkan solusi juga dan mengubah banyak hal di dunia ini."

Perkembangan pentingnya kesehatan mental

Jajak pendapat IPSOS menunjukkan semakin banyak orang yang menyadari tentang keputusan kesehatan dan menginginkan lebih banyak kendali atas pilihan kesehatan mereka.

Semakin banyak orang juga semakin mementingkan kesejahteraan mentalnya.

Hyde mengatakan orang-orang berusia antara 16 dan 44 tahun khususnya menyatakan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan mental mereka.
A middle-aged man with dark hair working on a laptop.
A majority of Australian men are expressing a desire to improve their mental health. Source: Getty / FG Trade Latin
Menurut IPSOS, 75 persen warga Australia merasa perlu berbuat lebih untuk menjaga kesehatan mental mereka, dengan 72 persen pria dan 77 persen wanita setuju akan hal ini.

Selain itu, 69 persen warga Australia percaya kesehatan mental mereka akan lebih baik pada tahun 2025 dibandingkan tahun 2024.

"Untuk pertama kalinya secara global, kita melihat kesehatan mental mendapat perhatian yang meningkat ke tingkat yang sama dengan pentingnya kesehatan fisik mereka," kata Hyde.

"Mayoritas dari kita setuju bahwa kita perlu berbuat lebih banyak untuk kesehatan mental kita sendiri."


Dengarkan  setiap hari Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu jam 3 sore.
Ikuti kami di  dan , serta jangan lewatkan  kami.

Share
Published 1 January 2025 6:00am
Updated 1 January 2025 4:24pm
Presented by SBS Indonesian
Source: SBS


Share this with family and friends