Ubud Writers and Readers Festival ke 21: Membahas Keberanian Bersuara

Ubud Writers and Readers Festival

Ubud Writers and Readers Festival 2024 Credit: Wayan Martino

Ubud Writers and Readers Festival 2024 yang ke 21 diselenggarakan pada 23 October sampai 2 October di Ubud, Bali.


Ubud Writers and Readers Festival 2024 akan berupaya untuk mengangkat temanya ‘Satyam Vada Dharmam Chara’, atau ‘Ucapkan Kebenaran, Terapkan Kebaikan’ melalui perbincangan tentang etika media; bahayanya menyampaikan kebenaran dan tentang suara-suara terpinggirkan yang sering tidak didengar.

Kali ke 21 festival pencinta kata-kata ini digelar, dengan tema yang diangkat tidak semata keindahan puisi atau sastra, tetapi juga keadilan dan keberanian dalam mengungkap kebenaran.

Menurut Hannah Curtis, Kepala bagian program internasional festival tersebut, program tahun ini disusun dengan mengingat adanya berbagai konflik dan ketidakadilan yang menerpa berbagai lokasi di dunia, seperti di Gaza.
UWRF Hannah Curtis - Head of International Programming
UWRF Hannah Curtis - Head of International Programming
Salah satu sudut pandang yang diangkat adalah etika dalam media, juga bagaimana sulitnya memberitakan suatu permasalahan secara berimbang, karena berbagai sebab, termasuk bahaya yang mengancam jurnalis atau penulis saat mereka ingin menyampaikan kebenaran.

Di antara pembicara yang akan membahas perihal tanggung jawab serta resiko menyampaikan kebenaran, ada Sathnam Sanghera yang membahas dampak berkepanjangan kolonialisme Inggris, selain itu ada juga Maria Resa dari Filipina, salah satu pendiri situs berita Rappler.
Judul panel Maria kali ini adalah how to stand up to a dictator atau bagaimana cara melawan seorang diktator.

Dalam Ubud Writers and Readers Festival tahun ini, ada juga panel-panel yang membahas situasi dan sejarah konflik di Gaza, menghadirkan antara lain penulis dan mantan menteri kebudayaan Palestina Atef Abu Saif, penulis asal Australia Sara M Saleh dan Dr. Ori Goldberg, dosen dari Reichman University.

Sara Saleh - Australian writer
Sara Saleh - Australian writer
 Tak ketinggalan juga berbagai panel yang membahas situasi Indonesia saat ini, mulai dari transisi dari masa pemerintahan Joko Widodo ke Pemerintahan yang dipimpin Prabowo Subianto, hingga suara-suara dari aktivis lingkungan Indonesia.

“Tema-tema seperti ‘Suara-Suara yang Tidak Terdengar’ itu menjadi tema utama bagi kita dan juga beberapa penulis yang menulis untuk lingkungan dan teman-teman dari Indonesia Timur.

Tahun ini mulai dari topik tentang ‘All Eyes on Papua’, tentang perempuan adat, itu kita masukkan ke dalam sesi kami,” jelas Manajer Program Indonesia, Gustra Andyana,

Gustra Adnyana_National Program Manager
Gustra Adnyana - National Program Manager UWRF 2024
 “Tahun ini kita juga melibatkan penulis-penulis yang jurnalis dan fotografer, dan mereka banyak membuat buku foto, karena buku foto belum banyak dibahas di Indonesia, dan juga film-film dokumenter Indonesia…” lanjutnya.

Untuk jajaran pembicara Indonesia tahun ini hadir antara lain jurnalis Andreas Harsono, penulis Dicky Senda dari Nusa Tenggara Timur, penulis dan aktivis Ayu Utami, sutradara Lola Amaria dan SoesiloToer, tokoh masyarakat dan adik dari penulis ternama Pramoedya Ananta Toer.
SoesiloToer - tokoh masyarakat
SoesiloToer, tokoh masyarakat
Seperti biasa, ada banyak penulis dan seniman Australia yang juga dihadirkan dalam festival ini, antara lain Profesor Marcia Langton, seniman Omar Musa, Penulis Nam Le dan kelompok istimewa yang akan menyajikan penghormatan terhadap mendiang seniman pribumi Australia Archie Roach.

Menurut Hannah, mendiang Archie Roach merupakan salah satu tokoh yang semasa hidupnya giat menyuarakan kebenaran dan perjuangan menuju keadilan, sedangkan Nam Le, yang tahun ini menerbitkan bukunya yang terakhir berjudul 36 Ways of Writing a Vietnamese Poem, memiliki kemampuan menyuarakan rasa mereka yang termarjinalisasi berdasarkan etnisitas mereka melalui estetika menulis yang luar biasa dan indah.

DI zaman ini, dunia baca membaca seringkali bersimpangan dengan dunia maya, menghasilkan tren seperti BookTok. Begitu juga dunia pemberitaan - yang tentu saja saat ini tidak hanya melalui surat kabur maupun situs berita, melainkan banyak dikonsumsi melalui saluran seperti media sosial atau Youtube. Fenomena ini pun diulas dalam UWRF tahun ini.

Ada panel tentang book blogging - yaitu bagaimana kegiatan book blogging ini menjadi bagian dari proses demokratisasi di dunia baca-membaca karena telah memberi ruang baru bagi mereka yang ingin berbagi rasa dan pendapat tentang buku, begitu jelas Hannah. Pembicara dalam panel ini antara lain Booktuber, alias tokoh pembahas buku di Youtube Jack Edwards.
Main Program_Alang-Alang Stage 8
Main Program_Alang-Alang Stage 8

Ada pula sesi pembahasan tentang penggunaan Youtube di Indonesia, tidak hanya sebagai tempat mengkonsumsi berita, tapi juga tempat berdiskusi, bereksperimen dan berkomunikasi, jelas Gustra,

“[sesi ini] melibatkan diskusi bukan kalangan ‘elit edukasi’ tapi melibatkan seperti Solihin Asdin dari Kupang…dia aktif sekali tentang edukasi di Youtube, kita melibatkan orang - orang yang memang aktif di lapangan”

 

Dengarkan setiap hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu jam 3 sore.


Ikuti kami di  dan , serta jangan lewatkan kami.

Share