Bapak Eko Waluyo, seorang pegiat kemanusiaan yang telah lama bermukim di Australia memberikan pendapatnya tentnag perubahan perayaan Australia Day pada zaman dulu hingga saat ini.
Pada zaman 1990-an Australia Day dilihat sebagai hari libur nasional dan itu adalah sesuatu yang bagus, bisa enjoy dan ketemu beberapa teman untuk berbarbekiu dan sebagainya.
Dengan membaca tentang apa itu Australia Day dan melihat TV dan sebagainya serta meninjau daerah ke Redfern, di mana komunitas Aborigin dengan kehidupannya jauh sangat terbelakang dan hal itu menimbulkan suatu pertanyaan yang cukup besar sekali.
Dan sejak saat itulah, mungkin lebih dari 10 tahun beliau aktif dalam aksi Januari yang dikenal dengan Invasion Day.
Mengapa ada dua pendapat tentang Australia Day ini?
Menurut Pak Eko ini juga termasuk proses sejarah atau suatu proses pendidikan yang diterimanya sejak tinggal di Australia tentang makna Australia Day tanggal 26 Januari itu.
Dengan mengikuti aksi-aksi demonstrasi atau rally setiap tanggal 26, di situ kita bisa berkomunikasi dengan para peserta, bertukar pikiran dan ada poster-poster yang harus kita lihat apa isu utamanya dan lain sebagainya.
Dan bertemu dengan beberapa orang yang terlibat dengan berbagai macam background yang tidak hanya masyarakat aborigin saja, orang Australia sendiri dalam artian orang kulit putih juga makin banyak terlibat dalam aksi-aksi Invasion Day ini.
Ini memberikan suatu pendidikan dan merupakan kesempatan bagi para migran khususnya masyarakat Indonesia untuk melihat apa itu Australian Day dari perspektif tentang keadilan.
"Belajar tentang masalah, persoalan-persoalan mereka, dan lain sebagainya. Jadi kesempatan yang paling banyak kalau 26 Januari sebagai Hari Libur berkabung dengan mereka, memahami apa yang mereka rasakan, dan kalau istilahnya Bung Karno, jangan sekali-sekali kita meninggalkan sejarah, (itu) merupakan sejarah kita. Dan kita tinggal di Australia, kita jangan sekali-sekali pura-pura tidak tahu tentang persoalan ini"
"Jadi ini adalah suatu persoalan yang cukup serius, dan kita sebagai seorang migran harus mengetahui dan berbuat tentang apa yang bisa kita lakukan. Karena kita tinggal di tanah mereka," demikian kata pak Eko.