Dilahirkan di Beijing, Lucia Lu datang ke Australia ketika ia berusia tiga tahun.
Lucia mengakui dirinya cukup nyaman menggunakan Bahasa Mandarin dalam kesehariannya meskipun bahasa ini bukanlah bahasa pertamanya.
"Bahasa Inggris adalah, menurut saya, bahasa pertama saya," ujar Lucia kepada SBS Indonesian.Meski demikian, ketertarikannya adalah dengan Bahasa Indonesia.
Lucia Lu started to learn Bahasa Indonesia at year 7. Source: Supplied
Interaksi pertamanya dengan Bahasa Indonesia adalah ketika ia diwajibkan mempelajari bahasa ini sebanyak 100 jam saat duduk di kelas 7 Ryde Secondary College. Ia kemudian memutuskan untuk kembali mempelajari Bahasa Indonesia di kelas 9 dan terus hingga kelas 12.
"Saya punya guru yang hebat dan saya pikir dia membuat setiap pelajaran sangat menyenangkan.. membuat saya menikmati [Bahasa Indonesia], bahkan tata bahasanya," akunya.
Guru Bahasa salah satu SMA di North Sydney berusia 26 tahun ini mengatakan dirinya tahu bahwa ia menikmati mempelajari Bahasa Indonesia dan bisa mendapatkan nilai yang baik. Oleh karena itu, ia memilih untuk mengambil subyek ini untuk gelar Sarjana Pendidikan-nya di University of Sydney bahkan sebelum dirinya tahu bahwa ia akan menjadi pengajar Bahasa Indonesia.
"Mungkin kira-kira setelah satu tahun di universitas, saya baru memutuskan bahwa saya benar-benar menikmati bahasa. Jadi saya terus belajar Bahasa dan saya juga mempelajari bahasa Mandarin," katanya.
"Dan saya juga berteman baik dengan orang-orang Indonesia.. Dan Anda tahu Sydney Uni dekat dengan Kensington, dengan semua restoran Indonesia..."
Lucia mengakui bahwa beberapa program bagus yang ditawarkan oleh universitas membantu menumbuhkan kecintaannya pada mata kuliah ini.
"Seperti kita punya program penutur asli dan juga para dosen yang baik," ujarnya. "Jadi hal ini membuat saya ingin melanjutkannya [mempelajarinya] dan kemudian juga menjadi guru."
Apakah mudah untuk dipelajari?
Meski tidak serumit bahasa asing lainnya, Lucia mengatakan Bahasa Indonesia tetap memiiliki tata bahasa tertentu yang menarik untuk dipelajari.
"Saya sangat suka bagaimana awalan dan akhiran tertentu berarti sesuatu.. Misalnya seperti ke-an yang biasanya merupakan kata benda.. Jika ber- atau me- itu kata kerja..," katanya.
"Dalam Bahasa Inggris seringkali tidak ada aturan seperti itu. Jadi di Bahasa Indonesia jauh lebih mudah saya pikir [tata bahasanya] karena Anda hanya perlu mengingat kata dasar, dan kemudian semua awalan dan akhiran akan mengubah arti kata itu."
Mengenai tingkat kesulitan Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah menengah, Lucia Lu mengatakan bahwa yang diajarkan tidaklah terlalu rumit.
"Saya pikir lebih mudah.. karena di tingkat sekolah menengah kita tidak mengajar para murid dengan [materi] yang sangat sulit. Jadi masih cukup mudah," katanya.
"Ketika Anda mempelajarinya di tingkat universitas, saya masih berpikir itu jauh lebih sulit dan penuh tekanan dibandingkan dengan mengajar, saya pikir.
"Saya menikmati setiap kelas. Kami bisa memainkan permainan dengan para murid. Kami bisa melakukan dialog, berbicara.. Jadi saya tidak berpikir bahwa itu lebih sulit. Itu lebih menyenangkan."
Kata-kata dan istilah gaul baru
Sejak mulai mengajar pada tahun 2016, Lucia mengaku bahwa ia telah mengajar ratusan siswa yang mempelajari Bahasa Indonesia. Dan tahun-tahun tersebut, ia mengatakan dirinya harus 'mencoba untuk terus mengikuti perkembangan' bahasa tersebut.
"Saat ini saya menggunakan buku pelajaran yang sudah sangat lama. Banyak buku pelajaran Bahasa Indonesia dibuat sejak lama dan bukanlah yang baru," ungkap Lucia.
"Misalnya di buku pelajaran kami saat ini masih berbicara tentang pergi ke warung internet, atau membaca majalah.. atau mendengarkan kaset.. Sedangkan anak-anak jaman sekarang mereka tidak tahu itu apa.
"Dan dari segi bahasanya, bahasa gaul selalu berubah. Jadi juga sangat sulit untuk mencoba mengajarkan bahasa yang terkini," mengakui ia baru saja mengetahui istilah gaul baru "mantul".Bahasa Indonesia, dalam praktiknya, dikenal memiliki banyak istilah gaul dan kata-kata tidak resmi. Lucia Lu mengatakan dirinya mencoba mengajarkan Bahasa Indonesia baik itu yang praktis dan juga yang formal pada murid-muridnya.
Your Bahasa Indonesia could come in handy when you're about to bargain at local markets. Source: Getty Images/lechatnoir
"Seringnya Anda tidak memiliki kesempatan untuk berbicara secara formal. Saya pikir itu sebabnya penting bagi siswa untuk juga memiliki kesempatan melakukan pengendapan, atau belajar di negara yang bersangkutan, sehingga mereka memiliki pengalaman untuk berkomunikasi secara otentik, tidak hanya menurut buku pelajaran," ujarnya.
Sentimen serupa juga dibagikan oleh David Fettling, yangmana pada bulan Juli tahun lalu menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia baku jarang digunakan dalam percakapan sehari-hari dan bahwa orang Indonesia memiliki pilihan untuk menggunakan salah satu dari ratusan bahasa daerah dan dialek jika mereka berpikir Bahasa Indonesia tidak cukup.
"Orang terkadang merasa Bahasa Indonesia tidak memadai untuk mengekspresikan apa yang mereka inginkan," tulis artikelnya di BBC.
Berkaitan dengan hal ini, Lucia Lu memiliki pendapat berbeda.
"Saya tidak akan menyebutnya tidak memadai, tapi mungkin ringkas," katanya. "Saya suka bagaimana Anda dapat mengekspresikan hal-hal tertentu hanya dengan menggunakan satu atau dua kata.
"Tetapi sebagai penutur non-pribumi saya dapat memahami frustrasi si penulis ketika mencoba berkomunikasi secara verbal dan kebanyakan orang tidak menanggapi dalam bahasa baku."
Lucia - yang mengakui bahwa bunyi nasal atau 'ng' adalah yang paling sulit diucapkan - mengatakan bahwa menurutnya belajar Bahasa Indonesia formal masih penting bagi orang Australia dan relevan hingga saat ini.
"Saya pikir akan lebih baik jika kita semua belajar Bahasa formal hanya karena itu adalah bahasa yang menyatukan Indonesia .. Bahasa Indonesia, kan?" ujarnya.
"Dan secara geografis kita bertetangga sehingga tidak ada yang bisa mengubah itu. Kita sangat dekat secara fisik dan saya pikir kita perlu mempelajarinya untuk dapat bergaul dengan tetangga kita.
"Akan selalu ada dampak besar antara Australia dan Indonesia sehingga kita perlu belajar untuk saling memahami dengan lebih baik."
SBS Radio mempersembahkan untuk mendorong dan merayakan kecintaan terhadap belajar bahasa di Australia. Ceritakan bagaimana mempelajari bahasa membuat perbedaan bagi Anda dan MENANG! Kami memanggil pelajar bahasa dari segala usia untuk mengikuti kompetisi ini, termasuk bagi yang belajar bahasa Inggris serta bahasa Aborigin dan Kepulauan Selat Torres.